HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
Praktikum Fisiologi Hewan Unit I “Homeostatis” yang
di susun oleh :
Nama :
Mar’ahtus Sholikah
Nim :
11270010
Kelas :
“A”
Kelompok : III
Telah
di nyatakan di terima oleh
Makassar, 28 Mei 2013
Asisten,
Safaruddin,
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perpindahan zat-zat yang terjadi
dalam sel aupun masuknya zat-zat ke dalam sel melalui suatu membran atau
melakukan seleksi terhadap yang disebut membran plasma. Membran ini memiliki
sifat memilih atau melakukan seleksi terhadap zat-zat dari luar yang boleh
masuk ke dalam sel. Sehingga membran plasma ini disebut membran yang
semipermeabel.
Keadaan yang
relatif konstan di dalam lingkungan internal tubuh, dipertahankan secara alami
oleh mekanisme adaptasi fisiologis. Adaptasi fisiologis terhadap stress adalah
kemampuan tubuh untuk mempertahankan keadaan relatif seimbang yang biasa kita
kenal dengan sebutan homeostatis.
Sebagaimana
yang kita ketahui antar sel dengan lingkungan luarnya terjadi pertukaran
zat-zat. Pertukaran tersebut dapat terjadi pada kondisi sel bila ditempatkan
dalam larutan yang bersifat isotonis, hipotonis, dan hipertonis. Untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih jauh mengenai hal-hal di atas, tentunya tidak
cukup hanya dengan teori saja, melainkan praktikum yang akan menunjang
pengetahuan kita mengenai kemampuan tubuh untuk mempertahankan keadaan relatif
seimbang
B.
TUJUAN
PRAKTIKUM
Untuk
mengetahui keadaan sel bila ditempatkan dalam larutan yang bersifat isotonis,
hipotonis dan hipertonis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Homeostasis
adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan internal tubuh,
dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi fisiologis. Adaptasi
fisiologis terhadap stress adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan keadaan
relatif seimbang. Kemampuan adaptif ini adalah bentuk dinamik dari ekuiliblrium
lingkungan internal tubuh. Lingkungan internal secara konstan berubah, dan mekanisme
adaptif tubuh secara kontinyu berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan ini dan untuk mempertahankan ekuilibrium atau homeostasis.Homeostasis
dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh dan
memantau organ tubuh. Membran sel merupakan faktor utama dalam pengaturan
homeostasis sel. ( Anonim, 2012).
Perubahan kondisi lingkungan internal dapat timbul karena dua hal yaitu
adanya perubahan aktivitas sel tubuh dan perubahan lingkungan eksternal yang
berlangsung terus-menerus. Untuk menyelenggarakan seluruh aktivitas sel dalam
tubuhnya, hewan selalu memerlukan pasokan berbagai bahan dari lingkungan luar
secara konstan. Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis berlangsung melalui
sistem umpan balik. Ada dua macam sistem umpan balik, yaitu umpan balik positif
dan negatif. Sistem umpan balik yang berfungsi dalam pengendaliuan kondisi
homeostasis pada tubuh hewan adalah sistem umpan balik negatif. Sistem umpan
balik negatif dapat didefinisikan sebagai perubahan suatu variabel yang dilawan
oleh suatu cenderung mengembalikan perubahan tersebut kekeadaan semula. Perubahan yang terjadi pada sistem umpan balik positif berlawanan dengan
peristiwa pada sistem umpan balik negatif. Pada sistem umpan balik positif,
perubahan awal suatu variabel akan menghasilkan perubahan yang semakin besar
(Isnaeni, 2006).
Cannon mengajukan beberapa parameter
yang diatur secara homeostatik,yaitu faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
sel dan yang dibutuhkan sel, serta adanya sekresi internal. Hal-hal yang
diajukan oleh Cannon ini sekarang telah terbukti ada dalam tubuh. Dalam
menyelenggarakan homeostasis ini tubuh harus senantiasa memantau adanya
perubahan-perubahan nilai berbagai parameter, lalu mengkoordinasikan respons
yang sesuai sehingga perubahan yang terjadi dapat diredam. Untuk itu sel-sel
tubuh harus mampu berkomunikasi satu dengan lainnya. Komunikasi antar sel ini
merupakan media yang menopang pengendalian fungsi sel atau organ tubuh. (
Anonim, 2011)
Homeostasis mengacu kepada pemeliharaan suatu keadaan stabil dinamis di
dalam lingkungan cairan internal yang membasuh semua sel tubuh. Karena sel-sel
tubuh tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar, kelangsungan hidup sel
bergantung pada pemeliharaan lingkungan cairan internal yang stabil yang
berhubungan langsung dengan sel. Faktor-faktor lingkungan internal yang harus
dipertahankan secara homeostasis adalah (1) konsentrasi molekul-molekul
nutrien, (2) konsentrasi O2 dan CO2, (3) konsentrasi zat-zat sisa, (4) pH, (5)
konsentrasi air, garam dan elektrolit lain, (6) suhu, serta (7) volume dan
tekanan (Anonim , 2012).
Sistem kontrol homeostasis memiliki 3 komponen fungsional : sebuah
reseptor, sebuah pusat kontrol, dan sebuah efektor. Reseptor mendeteksi
perubahan beberapa variabel lingkungan internal hewan , seperti perubahan suhu
tubuh. Pusat kontrol memproses informasi yang diterima dari reseptor dan
mengarahkan suatu respon yang tepat melalui efektor (Campbell,2002).
BAB
III
METODE
KERJA
A.
WAKTU
DAN TEMPAT
Hari/tanggal : Selasa, 21 Mei 2013
Waktu
: Pukul 09.00-11.00 WITA
Tempat :
Laboratorium Biologi FMIPA UVRI Makassar.
B.
ALAT
DAN BAHAN
Alat:
1. Gelas
aqua 5 buah
2. Sedotan
transparan 5 buah
3. Lilin
2 buah
4. Korek
api
5. Mistar
6. Karet
gelang 5 buah
7. Kantong
plastic
Bahan:
1. Telur
5 butir
2. Aquades
3. Larutan
NaCl (0,2 %, 0,4%, 1%, dan 4%)
C.
PROSEDUR
KERJA
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang telah disediakan
2. Mengisi
gelas aqua dengan aquades dan larutan NaCl dengan konsentrasi yang ditentukan
hingga tiga perempatnya.
3. Mengetuk
ujuk cangkang telur yang membulat secara hati-hati.
4. Melepaskan
cangkang telur secara hati-hati sebesar ukuran jari.
5. Mengetuk
ujung telur yang runcing kemudian
membuat lubang sebesar pipet sedotan.
6. Meletakkan
telur dalam posisi tegak dengan bagian tumpul dibawah pada mulut gelas yang
berisi aquades dan larutan NaCl (membran cangkang telur tenggelam pada
permukaan zat cair).
7. Memasukkan
ujung sedotan kedalam lubang cangkang menembus membran cangkang.
8. Menyalakan
lilin dan meneteskan lilin cair pada sekeliling sedotan sampai ruang antara
cangkang dan sedotan tertutup rapat.
9. Mengamati
pergerankan air atau cairan di dalam sedotan, dan setiap 10 menit mengukur
tinggi cairan didalam sedotan dengan menggunakan mistar. Catat hasil pengamatan
dalam bentuk tabel.
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
A.
HASIL
PENGAMATAN
Larutan
|
Pengamatan
yang ke- ( selama 20 menit )
|
|||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
VIII
|
|
Aquades
|
Menit
ke- 19
(O,2 cm)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
NaCl I
|
Menit
ke-9
(0,3 cm)
|
Menit
ke-17
(0,6 cm)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
NaCl II
|
Menit ke-10
(0,4 cm)
|
Menit
Ke- 16
(0,6 cm)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
NaCl III
|
_
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
NaCl IV
|
_
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan
:
1. NaCl
1 ml aquades 10 ml NaCl 10%
2. NaCl
10 ml aquades 20 ml NaCl 10%
3. NaCl
100 ml aquades 20 ml NaCl 10 %
4. NaCl
100 ml aquades 40 ml NaCl 10 %
B.
PEMBAHASAN
Pada Kegiatan praktikum ini digunakan telur ayam ras. Kegiatan ini
bertujuan untuk melihat transport zat antar sel, dalam hal ini adalah osmosis
dalam cairan yang bersifat isotonik, hipertonik dan hipotonik. Larutan bersifat
isotonik bila konsentrasi cairan di dalam sel sama dengan cairan di luar sel
sehingga sel tidak mengalami perubahan. Bersifat hipotonik bila konsentrasi
larutan di dalam sel lebih rendah dari pada cairan di luar sel, dan bersifat hipertonik bila konsentrasi larutan di dalam sel lebih tinggi dari pada cairan
diluar sel.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas bahwa,
jika di tuangkan 1 ml Aquades ke dalam gelas aqua yang berisi cangkang telur
maka pada menit ke 19 mengalami perubahan konsentrasi mencapai 0,2 cm sedangkan
larutan NaCl I (0,2 %) yang di tuangkan 1 ml Aquades, 10 ml NaCl 10 % mengalami
perubahan konsentrasi 0,3 cm pada menit ke 19 dan selanjutnya pada menit ke 17
larutan NaCl I mengalami kenaikan atau perubahan konsentrasi hingga mencapai
0,6 cm. Pada larutan NaCl II (0,4 %) yang di tuangkan 10 ml Aquades, 20 ml NaCl
10 % mengalami perubahan konsentrasi yang terjadi pada menit ke 10 dengan
konsentrasi larutan 0,4 cm kemudian pada menit ke 16 perubahan konsentrasi
semakin tinggi hingga mencapai 0,6 cm. Jika di bandingkan antara Aquades, NaCl
I dan
NaCl II maka yang mengalami perubahan konsentrasi yang lebih cepat dan tinggi yaitu larutan
NaCl II.
Naiknya larutan ke dalam pipet disebabkan oleh cairan telur yang hipertonik
(konsentrasi zat terlarut lebih tinggi). Akibatnya air akan berdifusi dari
larutan hipotonik ke laruitan hipertonik. Akan tetapi pada telur yang dicelupkan
di larutan NaCl 0,2, 0,4, 1 dan 4 % mengalami perubahan yaitu tampak adanya
cairan pada sedotan dan yang paling tinggi konsentrasi perubahannya yaitu pada larutan NaCl 0,4 %. Hal tersebut di atas kemungkinam terjadi akibat adanya faktor perbedaan luas membran telur dengan NaCl 1%
dan NaCl 4 % dengan telur-telur yang lain. Kemungkinan juga diakibatkan karena
pada sedotan yang mengalami kerusakan akibat
tetesan lilin. Kemungkinan selanjutnya bisa diakibatkan
oleh durasi waktu
pengamatan yang terlalu singkat.
Jadi, dari hasil pengamatan yang
telah kami lakukan yang termasuk larutan isotonis yaitu aquades, dimana keadaan
konsentrasi pelarut sama besar dengan konsentrasi zat terlarut. Kemudian yang
termasuk larutan hipotonis yaitu larutan NaCl III dan NaCl IV, dimana keadaan
konsentrasi pelarut lebih kecil dari pada zat terlarut dan yang termasuk
larutan hipertonis yaitu NaCl I dan NaCl II, dimana keadaan konsentrasi zat
terlarut lebih tinggi dari pada pelarut.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Keadaan sel yang ditempatkan pada larutan isotonik tidak
terjadi perubahan (konstan). Pada Larutan hipotonik cairan sel bertambah
sedangkan pada hipertonik cairan sel berkurang.
B.
SARAN
1.
Diharapkan
kepada praktikan agar lebih teliti dalam melakukan pengamatan.
2.
Diharapkan
kepada laboratorium agar bahan dan alat yang dibutuhkan untuk praktikum terlebih dahulu disiapakan sebelum praktikum
dimulai agar tidak memakan waktu yang sia-sia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar